Translate

Jumat, 07 September 2012

Sang Dewi


“dahulu kala.. hiduplah seorang wanita yang cantik jelita bernama Putri Bulan. Dia adalah seorang putri bangsawan yang hidup dengan nenek dan kakeknya.orang tuanya sudah tiada sejak ia masih balita karena peperangan dulu. namun Dia selalu bahagia , sifatnya ramah dan murah hati meluluhkan hati setiap orang. Rambutnya yang ikal dan pajang . saat di seketika iya sedang berjalan di sebuah sungai berair terjun yang sangat curam.. terbukalah pintu dari balik air terjun yang tinggi itu. angin yang berhembus ke raga sang putrid, seakan memaksa masuk ke dalam pintu tersebut. Tak di sangka di dalamnya, terdapat taman yang cantik selayaknya taman surgawi. Namun, pintu tersebut tertutup sendiri sehingga ia tak bisa keluar dari sana. Hingga 1 tahun kemudian.. ia bertemu dengna seorang lelaki yang tampan.” Nenekku bercerita.
“ah.. sudahlah nek.. aku mau tidur. Aku bukan anak SMP yang masih manja. Aku udah SMA tau nek.. dan lagian aku udah tau kok. Pokonya akhirnya dia dapat keluar dari dunia itu kan? Terus dia bisa mejadi seorang dewi yang agung hingga sampai keturunannya kan?”. Kataku yang bosan akan cerita itu.
Aku yang bosan seakan mengusir nenekku untuk keluar dari kamarku dan aku melanjutkan tidurku.
Hai.. perkenalkan namaku Dina. Aku lahir dari sepasang orang bangsawan. Entah dari bangsawan mana aku tak tahu. Aku kira mereka telah meninggal dunia. Jika aku bertanya kepada nenkku ia tak menjawab. Jadi.. jika orangg lain bertanya.. aku jawab saja jika orang tuaku sudah tiada. Habis aku tak tau mereka masih hidup atau tidak. Jujur saja, aku sangat bosan setiap kali aku mendengarkan cerita itu. sudah 14 tahun aku mendengarkanya setiap aku sebelum tidur.
Pagi hari di sekolah
Pagi ini di sekolah, aku selalu datang di sekolah pagi-pagi. Seperti biasa, wajah yang pertama kali aku lihat ialah wajah Reza. Entah mengapa atau bagaimana menjelaskanya, katanya, Reza itu udah lama suka sama aku dan selalu memuja aku dengan rayuanya. Pagi ini, aku rada heran, yang biasanya melihat guru kesenianku membawa-bawa buku gambar atau netbooknya, kini ia datang dengan penampilan baru. Hahahha. Dia membawa satu lembar Koran dan anehnya lagi, ia menujukanya padaku.
“coba kamu lihat. Ini. Baguskan.” Tanya pak Jody kepadaku.
“itukan air terjun pak. Lalu apa ?” tanyaku kembali yang kebingungan.
“saya ingin skali menggambarkan ini, hanya saja saya tak tau tempatnya dimana.” Jelasnya
“lalu, apa hubunganya dengan saya?”tanyaku.
“ya mungkin kamu tau tempatnya dimana. Dan kebetulan, anak saya yang laki-laki, hobi sekali menjadi photographer .. siapa tau saja.. kamu mau jadi modelnya” kata pak Jody.
Aku yang diam sambil berfikir, aku yang menandakan setuju, aku hanya tersenyum manis dan mengangguk perlahan.
Di sekolah, aku entah ada daya hipnotis apa itu, tiba-tiba saja aku mengenali tempat itu dan terus memikirkan akan tempat itu sampai-sampai teman-temanku mengira aku menyukai Reza dan sampai memikirkanya. Hingga akhirnya di waktu pulang sekolah aku memutuskan untuk menemui pak Jody kembali.
“pak. Aku mau liat lagi gambarnya” aku yang tidak sabar ingin melihat gambar tadi.
Saat aku melihat ulang gambar itu lebih  teliti, aku seakan melihat sekilas bayangan di sana ada nenekku dan ada ada seorang wanita cantik bersama seorang lelaki. Wajahnya tak pernah kukenal semuanya kecuali nenekku. Aku merasa heran. Bayangan itu selalu menghantui aku setiap kali aku mengingat gambar itu. hingga di suatu malam aku memimpikan sebuah tempat yang sama di mimpiku. Seakan menunjukan jalan dimana air terjun itu berada.
***
Keesokan harinya  
“pak. Saya tau tempatnya! Kapan kita bisa ke sana. Saya juga penasaran pak.” Kataku yang terburu dengan gembira.
“hummm besok saja yah. Pagi-pagi dari sekolah langsung kita ke sana.”kata pak Jody.
“tapi kan pak, saya sekolah.” Kata aku.
“kamu akan dispen 1 hari bersama anak saya.” Kata pak Jody.
“haah? Anak bapa masih SMA? Bukanya udah kuliah?” tanyaku.
“anak saya sekelas dengan kamu kan Dina? Dia  Reza. Masa kamu tak kenal?” jelas beliau membuat aku kaget.
“ohh dia. Yasudh. Di tunggu besok yah pa.” kataku.
Aku yang kegirangan langsung melanjutkan pelajaran hingga salah tingkah Karenna terlalu girang. Dan aku mnyebarkan berita bahagiaku ini ke semua teman-temanku yang ada di kelas.lalu hingga aku terbawa sampai rumah. Sebelum aku berangkat di pagi harinya, malamnya aku meminta izin kepada nenek jika aku akan pergi ke sana esok hari.
***
Indah..
Pagi hari.. kami semua dari mulai tukang rias, pembawa baju ganti, alat lukis dan lainnya mulai pergi menuju air terjun kawah dewi. Ada yang aneh. Padahal aku tak tau jalanya arahnya kemana. Tapi seakan kakiku yang menuntun aku berjalan menuju tempat itu. untungnya, jalan yang di tepuh dapat di masuki oleh jalan mobil. Jadi kami tak perlu berjalan kaki menuju tempat  tujuan.
“wah.. tempatnya bagus juga yah.. keren air terjunya..” kata aku yang kagum.
Guruku yang sangat hobi melukis kini sudah muali menyiapkan alat lukisnya juga tak kalah anaknya yaitu Reza, ia mulai menyiapkan kamera professionalnya itu. dan au, sebegai model mereka berdua,  mulai berganti baju dengan gaun putih sepanjang lututku. Rambutku yang ikal panjang urai dan di beri sedikit asesoris rambut di kepalaku. Perlahan aku mulai berjalan ke air terjun itu, lalu berdiri menghadap air dan membelakangi kamera lalu merentangkan tanganku. Aku merasa jikalau akulah yang menjadi seorang dewi yang sedang meminta dibukakanya pintu dari balik tumpahan air terjun itu. saat aku berdiri di sana, hatiku nyaman dan sejuk. Aku jga merasa bahwa disinilah aku lahir. Tapi mengapa baru aku rasakan sekarang yah? Aneh.
***
Seiring berjalanya waktu, semuanya pun beres dan selesai. Tidak sampai pulang malam, semua hasil akan selesai dengan sempurna esok hari.
Sekitar jam 3 sore aku pulang ke rumah. Baru selangkah aku masuk ke rumah, nenekku langsung memelukku dengan erat. Mungkin ia terlalu takut kehilangan diriku ini. Maklum, aku ini cucu satu satunya. Namun, biarpun di bilang sudah nenek-nenek, ia masih cukup pantas untuk di katakan sebagai ibuku.
Keesokan harinya, pagi-pagi teman-temanku sudah mulai bergerombol di madding depan kelasku. Aku kira itu adalah lukisanya pak Jody yang tadi malam. Ternyata itu adalah hasil dari foto nya Reza yang sudah berhasil di edit dan di cetak lalu ia pajang di madding. Awalnya aku kira kepala sekolah akan marahh jika fotoku di pajang di madding ternyata ia bangga. Ia mengaku bahwa kau pantas dijadikan model profesinal dan ia juga mengaku bahwa Reza juga pantas di katakana sebagai photographer professional. Uuuhh bahagianya aku.
***
Istirahat pun tiba.  Tanpa di sangka, Reza mangajak aku untuk duduk di taman. Sungguh jarang-jarang ia baik dan akrab seperti hari ini. Dan tak aku duga juga, I akan mengatakan sesuatu kepadaku.
“dina, aku suka sama kamu.” Katanya.
Aku yang gugup dan kaget. Hanya diam dan sambil tak percaya ia menyukai aku. Sejanak aku terdiam, lalu mulutku memaksa aku berbicara. “a..a..apa yang kamu suka dari aku?”. Kataku sambil terbata-bata.
Lalu ia menjawab, “aku suka senyuman kamu, kamu cantik, kamu baik, kamu ramah dan segalanya buatku.”. katanya.
Saat setelah ia menjawab pertanyaanku dengan lancar, aku terdiam kembali seakan otakkumembeku dan tak tau ingin berkata apa. Aku juga awalnya bingung ingin berkata apa. Karena aku rasa  hari ini juga bukan waktu yang tepat, aku memutuskan jika aku akan menjawabnya ketika aku menemukan jawaban yang pas, aku meminta waktu satu minggu untuk memikirkan semuanya dengan matang agar tidak ada kekecewaan di akhir cerita. Karena bagi Reza ia mampu bersabar, ia menyetujui permintaanku sat itu.
***
Sudah hampir satu minggu terlewatkan. Aku merasa jika aku harus menerima cintanya. Aku merasa nyaman di dekatnya di waktu aku sedih, ia menghibuku dan mengajak aku ke air terjun yang waktu itu kita gunakan untuk berfoto dan sebagai bahan latar lukisan pak Jody. Aku pun merasa bahagia di sisinya. Dan akhirnya aku memutuskan, bahwa aku akan menerimanya.
Hari pertama aku jadian, hingga bulan pertama aku sangat merasakan bahagia yang tak terbendung.. saat yang paling membuat aku nyaman, ketika ia mengajak aku ke air terjun itu. nampaknya, ait terjun itu bukan hanya lokasi yang penuh dengan berbagai inspirasi dan juga wawasan. Tapi tempat itu kini menjadi kisah cinta kita. Hahhahaha. Nampaknya juga aku mulai sangat menyukai tempat itu. di suatu hari aku dia ajak dengannya dan di saat itulah aku sangat merasa nyaman di sampingnya. Di saat iya dan aku duduk di sebuah bebatuan di depan air terjun itu, kami seakan saling berbalaskan sajak cinta.
“cantiknya dirimu, tak mengalahkan cantinya seorang dewi yang turun dari langit. Membawa air untuk dnia kecil di dalam hatiku, memberikan kesempatan dalam kehidupan di hatiku.” Katanya yang agak membuat hatiku bergetar.
“jikalau aku sang dewi yang kau puja, dan kau adalah seorang anak manusia, aku rela pelepaskan sayapku untukmu. Aku hanya ingin tinggal di bumi bersamamu.” Balasku.
“aku ingin memiliki hati sang dewi yang kini berada di sampingku. Aku akan menemaninya sampai kapanpun yang ia mau. Dengarkanlah aku sang dewi, walaupun kau tak bersayap, cantik dirimu takkan pernah mengalahkan dewi cantik lainya. Ketegaranmu menghadapi masalah takkan mengalahkan dirimu di banding dewi manapun di dunia.” Balasnya.
“dengarkan aku … walaupun kau bukan titisan dewa… ku takkan kecewa, karena kau jadikan ku sang dewi.. dalam taman surgawi..” aku yang kehabisa kata, aku hanya dapat bernyayialah satu lirik dari lagu kesayangan nenekku.
Semakin hari semakin sore, aku dan dia kini pulang ke rumah masing masing. Aku yang sudah lelah dan sudah sampai rumah, aku langsung mendobrak pintu kamarku, melepar tasku ke sova lalu menghempaskan tubuhku di kasur. Begitu melelahkannya hari ini. Tapi sangat menyenangkan. Dan aku selalu berharap dapat bahagia seperti ini selamanya.
***
17 tahun sudah kini usiaku. Dan mala mini adalah pesta ulang tahunku. Pestanya akan di selenggarakan mala mini di rumahku. Semua sahabat baikku turut datang ke pesta ultahku kali ini. Malam ini aku sudah dandan cantik di rumah. Menggunakan gaun putih panjang dan rambutku di sanggul seperti roti kismis. Ullallaala… cantiknya aku mala mini. Aku selalu berharap dari pagi hingga mala mini akan menjadi malam yang penuh kebahagiaan.  Namun semuanya tampak sia-sia. Reza tak datang , sahabatku pada datang, hanya saja mereka terlalu terburu-buru. Dan tak asik bagiku untuk menjalanianya. Yang lebih mengecewakanya lagi, saat aku benar-bener ingin tahu, siapa dan dimana orang tuaku berada, nenekku tidakmenjawab apa-apa. Alangkah menyedihkanya hati ini. Aku menangis dan berlari tanpa tujuan. Masih dengan pakaian dan dandanan yang sama, aku berlari malam malam menuju air terjun itu. gelap memang di tengah hutan, hanya ada lampu rumah warga di sekitar yang menerangi jalan, dan dingi yang aku rasakan. Namun kakiku nekad untuk menarik aku berjalan ke sana.
Sampainya aku di sana dengan air mata yang bercucuran di sepanjang perjalanan, aku mulai memasukan kakiku di air, perlahan menuju air terjun itu. aku yang kesal, mengurai rambutku yang panjang sambilmenangis meronta kesakitan yang amat dalam yang aku rasakan. Perih rasanya hatiku, dimana Reza yang dulu selalu menghiburku? Aku juga merasa sakit hati dan meresa tertipu dengan keluargaku yang selama ini tertutup  denganku. Batin hati ini. Kaki yang mulai lelah berdiri di sana, perlaha aku mulai terduduk tersimpuh mengahadap bebatuan di depan air terjun itu. namun, takkku sangka, Reza tiba-tiba datang dan menguurkan tanganya ke depan wajahku. Aku yang tadinya menangis, tiba-tiba diam dan membalas uraian tanganya.
“kamu itu seorang dewi yang cantik yang aku kenal. Selalu bahagia, ramah dan penuh ketegaran. Sayapmu selalu ada . kau selalu tak pernah mengeluh setiap kalinya kamu menemukan hambatan di dalam hidup. Bagiku kauu sempurna.” Ujarnya di belakangku.
Perkataanya sangat menyentuh bagiku. Dalam jika aku harus membalasnya. Mengetarkan jiwa,hati, juga pikiranku. aku yang masih menangis dan kembali melepas tanganku dari tanganya dan membalas ucpanya sambil menunduk.
“jikalau aku sorang dewi, maka aku lah dewi yang sangat tersiksa di banding dewi yang lainya. Sayapku kini ku rasa telah hilang dan terbang terbawa angin masalalu. Aku rasa, hanya aku dewi yang selalu merasa tak berarti. Aku kesepian. Tak ada seorangpun yang mau mendengarkan tangisku. Aku tak mengerti apa yang akan dunia lakukan kembali padaku ?!!! hatiku menagis.. jiwaku berteriak, ragaku meronta tak tahan dalam hati yang gelisah. Aku lah sang dewi yang putus asa dan hilang arah. Akulah dia..!!!” kataku sambil menggunakan nadatinggi lalu bertreiak di akhir kata.
“sang dewi tak pernah menyerah dalam hipunya. Jika ia menagis, air matanya akan menjadi hujan. Kasih sayangnya akan menjadi kehidupan, kemarahanya akan menjadi teguran. Jikalau sang dewi mati, takkan ada kehidupan di dunia ini.” Katanya di depanku. Tanpa sepatah kata lagi, ia membuka jaket putihnya dan menyelimuti tubuhku. Aku yang merasa terajak oleh ajakanya untuk pulang, akupun pulang.
Sesampainya aku di rumah, aku kira aku akan mendapatkan keburukan dan masalah baru di rumah. Ternyata, nenek, sahabatku, juga Reza menyusun semua rencana di haru ulthaku. Aku merasa bahagia sekali sesampainy akau di rumah. Seakan tak pernah ada masalah dan bebandalam hidupku. Aku merasa memiliki kehidupan baru lagi sekarang aku sangat terharu. Tak pernah aku sangka mereka sangat pintar menyusun rencana untukku. Kini, memang cerita dongeng yang selama ini nenekku ceritakan itu adalah aku. Akulah seorang dewi yang dulu pernah terjebak di sebuah duni yang penuh dengan derita. Namun, kini aku sanggup keluar dari dunia itu dan aku bahagia sekarang.
Trimakasih semuanya….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar