Translate

Jumat, 07 September 2012

Mawar Untuk Meylani



Huh…
Hai, nama aku Meylani. Temen-temen aku biasa  manggil aku dengan sebutan mey-mey. Untuk saat ini, aku duduk di kelas 6 SD.
 Kemaren aku sedih banget, waktu abis istirahat, kepalaku pusing dan berkunang-kunang. Gak tau karena apa. Terus mimisan. Nathali, sahabat ku sejak 1 SD  sudah mengajakku untuk masuk ke kelas. Namun, aku menyuruh ia duluan. Aku takut ia terlalu lama menunggu aku “hhmm.. iya, ini mau ke kelas ko. Hmm.. gue duluan yah..’’ kata nathali.
Hari ini, sehabis pelajaran bahasa Inggris, lalu pelajaran olahraga. Aku dan sahabat ssekelas aku pada ganti baju untuk olahraga nanti. Namun, di saat pelajaran olahraga pas mau tes, aku ngerasa mata aku gatel banget. Rambut aku rontok dan pingsan. Tapi, untungnya di situ banyak guru yang mau nolongin aku. Karena aku pingsan, aku gak bisa ikutan praktik olahraga sampai pulang sekolah.
***
Hari ini adalah waktunya aku pergi sekolah sama seperti hari-hari lainya. Namun, kata ayahku, aku gak usah sekolah. Akiu di suruh periksa ke dokter. Mungkin karena mataku itu.
Sesampainya di rumah sakit, akupun di periksa. Setelah di periksa, aku di suruh menunggu di luar bersama kak Jihan.
Dan tak  lama aku menunggu di luar, ayahpun keluar.
“aku sakit apa ayah?” tanyaku yang penasaran.
“katanya, Cuma sakit mata biasa aja.” Kata ayahku.
Aku percaya saja tentang sakit mata yang aku derita selama seminggu ini. Namun, yang aku tak percaya, kenapa rambut rontok, mimisan, pusing dan pingsan, itu tak dapat berkurang? Justru semakin memburuk.
Hingga di suatu hari,  dimana aku sakit, rambutku semakin tipis kerena rontok dan hingga aku harus terbaring lemah di kamar bundaku dating menjemputku.
Ayah dan bundaku sudah bercerai lama. Semenjak mereka bercerai, semuanya hancur. Aku sempat sakit karena mereka. Namun apa boleh yang aku buat? Aku hanya anak paling kecil di antara mereka.
“kenapa sih kamu itu gak pernah bisa ngurus anak dengan bener? Aku pusing berumah tangga sana kamu. Aku mau cerai. Dan biarkan meylani sama aku.”
Aku yang terbangun mendengar bunda berbicara dengan nada tinggi, aku bangun dari tidur dan aku mengintip mereka berdua dari tangga atas depan kamarku. Awalnya aku piker, dengan keadaan aku yang sakit ini, bisa membantu mereka semakin dekat. Ternyata mereka semakin jauh.
***
Huh..
Gak terasa, udah satu tahun aku ngerasain penyakit yang aku rasain. Semakin hari, yang aku rasain gak ada perubahan penyembuhan dari dokter. Hingga akhirnya aku berfikir, keadaan uang keluargaku sudah menurun. Di tambah lagi, bundaku yang baru saja cuti selama 4 bulan hanya untuk aku. Hingga aku memutuskan untuk memberhentikan semua pengobatan yang aku jalani. Tanpa cuci darah, tanpa chek up ke dokter, tanpa perlu menambah cairan infuse untuk vitamin .
Sekarang, aku udah duduk di tinggkat SMP kelas 1. Namun, di tahun ajarang baru ini, aku merasa tersiksa. Di semester pertama , di bulan ke 4 aku sekolah rambutku sudah mulai rontok kembali. Awalnya aku mengabaikannya. Dan menurutku, rambutku masih tetap lebat dan panjang. Namun, ada suatu hal yang membuat aku yakin jika penyakit kankerku kambuh lagi ialah, saat aku mengikuti latihan teater di sekolah, aku mimisan, tubuhku biru-biru lembam dan jatuh pingsan.
Akhirnya mau gak mau aku harus menjalani rawat inap beberapa minggu.
Akhirnya aku sudah sampai di semester terahir di bangku SMP kelas 1. Rambutku yang panjang seperti dulu, kini tak ada lagi. Rambutku aku potong sependek mungkin agar tak terlihat oleh orang lain bahwa sesungguhnya rambutku sudah mau habis karena rontok. Tapi untungnya sahabatku tak ada yang tau jika aku memotong rambut karena hal itu. Bahkan bundakupun tak tau.
***
Sekarang tak terasa aku sudah kelas 2 SMP. Aku merasa sudah hamper dewasa. Akupun mencoba seperti bundaku yang memakai kerudung. Bukan hanya ingin mempercantik, dan beribadah , aku juga ingin menutupi rambutku yang semakin menipis.
Hingga suatu hari, aku merasakan perjalanan pengobatanku sia-sia. Itu semua karena saat setelah aku mendengar saat dokter berkata, “semua obet yang kami berikan sesungguhnya hanya penahan sakit dan vitamin. Penyakitmu itu sangat berbahaya. Kami tak sanggup untuk menyembuhkan. Lagi pula, di Indonesia belum ada obat penyembuhnya.”. ketika aku mendengarnya, katiku hancur menjadi pasir.
Apa? Jadi selama ini , pengobatan itu hanya sia-sia? Jadi selama ini aku hanya membebankan bundaku saja? Tuhan.. mengapa teganya kau kepadaku..? hatiku yang menjerit, semakin mndorong air mataku untuk tumpah di pipi. Hingga keeokan harinya aku bercerita dengan nathali. Dan menjelaskan semuanya di jam istirahat dengan sangat detil.
“apa? Jadi kamu gak mau ke doter lagi karena itu? Kamu harus terus berusaha mey. Kamu jangan nyerah.” Kata nathali yang menangis.
Akupun juga menangis karena melihat sahabatku menangis. “kurang usaha apa aku selama ini? Kamu pasti tau dong li, dari SD aku nahan penyakit ini. Aku cape. Aku juga cape nyusahin orang tua aku.” Kata aku yang sambil tersendu.
Tak lama aku curhat,  bel masukpun bebunyi. Namun, saat jalan ke kelas aku  mimisan, jadi biar ia duluan dan aku yang belakangan.
***
Seusai mengelap darah setelah mimisan, tiba-tiba di ruang piala aku bertabrakan dengan salah satu anak laki-laki. Namanya Rangga.
“eh elo. Lo gak ke kelas? Gua baru aja mau ke ruang guru.” Kata Rangga yang sambil malu-malu dan tersenyum  kepadaku.
Sejujurnya aku juga begitu dan menjawab sangat lugu. “oh.. kalo gitu… gue… duluan yah.” Jawabku.
***
Tak terasa, lama kelamaan rasa pandangan aku mmulai berubah dengan Rangga. Begitu juga dengan Rangga kepadaku.
Dann kini, kita berdua jadian. Dan sampai sekaran, hubungan kita sudah hamper satu tahun.
Kini aku mulai beranjak menjadi dewassa. Aku sudah duduk di kelas 2. Umurku sudah semkin tua, dan yang tak akan pernah salah yaitu , penyakitku semakin parah. Sangat amat menyedihkan hidupku. Aku yang sesungguhnya tak sanggup untuk hidup, tapi aku harus bisa berjuang untuk hidup.
Di malam sunyi, aku di Jakarta masih tinggal bersama bundaku. Namun di mala mini, bundaku tidak tahu entah kemana. Ia ternyata pergi ke bandung dan menikah lagi dengan laki-laki kaya pilihanya den lebih memilih tinggal dengan keluarga kecilnya. Dan akhirnya aku di pindahkan untuk tinggal dengan nenekku. Tapi untungnya, meskipun ayh dan bundaku sudah menikah lagi dan memilih tinggal dengan keluarga barunya, mereka masih mau memenuhi semua kebutuhan aku.
***
Huft…
Hari ini, nathali main ke rumahku. Dan hari ini juga hariku begitu melelahkan.
Aku hari ini kurang enak badan. Dan tiba-tiba saat aku ingin terlelap tidur, aku tak sengaja megatakan seuatu kepada nathali, “li, aku punya 2 permintaan” kataku yang terbaaring di tempat tidur.
“apa?” jawabnya dengan penasaran.
“kalo aku sakit, aku mau, setiap kamu atau Rangga yang dating jenguk aku, kalian bawa bunga mawar” jawabku.
“hmm kenapa harus mawar?” tanyanya.
“karena aku suka bunga mawar” jawabku.
“bukanya kamu sukanya sama Rangga?”
“hmm.. aku suka sama bunga mawar. Dan aku cinta sama Rangga.”
“oke deh. Hahha.. lagian kamu ada-ada aja ah. Hahaha…” jawabnya. “Lalu yang ke 2 apa mey?” jawbnya yang seperti menganggap enteng permintaanku. Tapi, sesungguhnya, aku memintanya dengan serius dan menggunakan hati. Tapi, jika mereka tak membawapun taka pa-apa. Tapi aku masih punya satu permintaan lagi yang begiku mungkin patut dan wajib mereka lakukan.
“li, kalo kamu masih jadi sahabat aku sampai aku meninggal, dan jika aku udah gak ada, aku mau kamu, Rangga, atau siapapun yang dating ke kuburan aku, bawain mawar di kuburan aku. Biar aku bisa nyium wanginya bunga mawar meskipun di dalam dunia yang berbeda.” Jawabku.
Aku melihat, nathali tak menjawab sepath katpun dari mulutnya. Mungkin, di permintaan ini dia mulai menganggap serius. Namun, saat ia ingin mengatakan sesuatu, aku sudah menutup mataku. Nathali berteriak memanggil mba Santy sambil menangis. Mnggkin ia takut jika aku meninggalkan mereka hari itu juga.
Setelah nathali memanggil mba santy, kebetulan mas Dicki baru pulang dari kantor. Ia segera menggendong aku dan membawaku ke rumah sakit yang selalu merawat aku. Dan ternyata, tuhan berkehandak lain kali ini. Tuhan masih memberikan aku kesempatan untuk aku hidup.
***
Sudah 2 hari aku terbaring di rumah sakit ini. Dan aku akhirnya bangun. Saat aku terbangun, aku sudah melihat Rangga , Nathali, mbak santy. Ayah dan bundaku tak ada. Mereka masih sibuk dengan kelurganya masing-masing. Sedangkan oma dan opa sedang umbroh ddan nomer hp mereka tidak ada yang aktif sama sekalli.
“maaf ya kita gak bisa beli mawar buat kamu di saat kamu sakit” kata nathali.
“iya mey. Aku baru sma dia baru pulang sekolah” kata Rangga.
Rasanya sangat spontan banget. Baru bangun, aku langsung di sambut oleh permintaan maaf dari mereka berdua.
“iya. Gak apa apa. Simpan saja dulu bujga mawar itu untuk di makamku nanti.”jawabku yang sambil tersenyum kecil pada mereka.
Lalu tak lama dari kejauhan aku melihat ayah dan bundaku dating dengan banyak bunga mawar. Mereka meminta maaf kepadaku. Hanya saja mereka terlambat. Aku sudah tak sadarkan diri. Mereka semua yang ada di kamarku menagis sedih dan khawatir dengan keadaanku.
***
 Sudah 3 hari aku tertidur tak sadarkan diri. Namun, aku kini bangun dengan kondisiku tak memungkinkan aku untuk bernafas lebih lama lagi.
Di saat itu, kamarku begitu banyak bunga mawar. Hanya saja aku meminta Rangga , Nathali, ayah juga bunda hanya memberikan aku satu batang bunga mawar. Aku tak mau meminta semuanya. Aku hanya ingin satu dari mereka.
Keempat batang bunga itu aku letakan di atas pelukanku.
“”semuanya, erimakasih banyak atas mawarnya.” Ucapku dengan penuh senyuman. “bolehkah aku membawanya kea lam sana bersamaku dan agar wanginya tetap ada di dalam hatiku?” lanjutku dengan senyuman.
“boleh nak”kata ayahku . “boleh. Sangat boleh nak…” kata bundaku dengan tetesan air mata di pipinya.
“boleh mey…” kata Rangga juga sambil menangis dan mengusap kepalaku.
Hanya saja di saat yang lain menjawab, nathali tak sanggup berkata-kata. Ia hanya mengangguk seakan menyetujui semua permintaanku.
Keempat batang bunga itu aku letakan di atas dadaku sambil aku peluk. Dan aku mulai merasakan sesuatu yang sangat nyaman dan tenag. Seakan aku sedang berbaring di suatu tempat yang damai dengan di temani bunga mawar yang indah. Aku menghirup wanginya lalu aku bangun dan berdiri dan berjalan luruske sebuah cahaya yang terang. Pandangaku semakin buram dan semakin buram.
“aku ingin menjadi seperti bunga mawar . meskipun ia canik dan kuat, ia dapat menjaga diriny sendiri dengan durinya. Dan akan selalu mekar di musim semi yang indah. Aku akan selalu menjadi bunga mawar di hati kalian. Akan selalu mewangi di setiap hembusan nafas kalian.”
Dan akhirnya, aku telah sampai pada ujungnya. Aku telah di panggil oleh sang pencipta. Aku akan berada di tempat yang damai di sana. Tidak ada lagi sedih karena ayah dan bunda. Tak ada lagi derita karena penyakit. Yang ada hanya cinta.
Untuk Nathali, sahabat yang sanagat aku saying, kamu akan menjadi sahabatmu selamanya dan akan aku ingat kau di sini. Untuk Rangga, aku akan selalu menjadi mawar di hatimu yang selalu bersemi dan menjadi cinta di hatimu, dan takkan prnah layu untukmu. Untuk ayah dan bunda, meskipun kalian sudah bercerai, aku tetap menjadi anak kalian. Jangan luapakan akau, anakmu yang sakit hati karena cintaku untuk ayah dan bunda yang terlalu besar.
Dan aku yang di sini, aku menadi penasaran. Seperti apakan mere akan mengenang aku? Akankah mereka akan ingat denganku? Atau mereka akan membiarkan makamku sepi tanpa hangatnya cinta yang dulu pernah mereka curahkan untukku?.






                                                                             By: Meydina Fitri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar